Tuesday 18 December 2012

Pekerjaan Adalah Sebuah Kehormatan


Kemarin, saat sedang mampir ke sebuah warung bakso ,begitu memesan makanan dan minuman, seorang anak laki-laki berusia lebih kurang 12tahun muncul di depan.
  Mbak….mau beli kue ? “ katanya sambil tersenyum.  Tangan nya segera menyibak daun pisang yang menjadi penutup keranjang kue jajanannya.
“ Tidak, saya sudah pesan makanan “ jawab saya ringkas. Dia berlalu.
Begitu pesanan saya tiba, saya langsung menikmatinya. Lebih kurang 20menit kemudian, saya melihat anak kecil tadi menghampiri pelanggan lain., sepasang suami istri sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.
“ mbak sudah selesai makan, tidak mau beli kue saya ? “ tanyanya tenang ketika menghampiri mejaku.
“ saya  baru selesai makan, masih kenyang nih “ kata saya sambil  menepuk-nepuk perut. Dia pergi tapi Cuma diseputaran warung itu juga. Sampai disitu dia meletakkan keranjangnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, “ tak mau beli kue saya pak..bu…mas…atau mbak “ bahasanya.
Pemilik warung pun tak melarang dia keluar masuk warungnya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan dihatiku melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak Nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.
Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke parkiran. Anak itu saya lihat beradaagak jauh di deretan kedaiyang sama. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak itu sudah berdiri disebelah saya. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya membalas senyumannya.
“ mbak sudah kenyang, tapi mungkin mbak perlukan kue saya untuk oleh-oleh adik-adik, ibu atau ayah mbak ?” katanya sopan sekali sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam keranjang  dengan menyibak daun pisang penutupnya.
Saya tatap wajahnya bersih dan bersahaja. Terbit lah perasaan kasihan di hati. Lalu saya buka dompet dan mengulurkan selembar uang Rp.10.000 padanya.
“ Sudah ambil saja, anggap ini sedekah saya, tidak usah membeli kue itu “. Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terimakasih dan berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya sangat gembira bisa membantunya.
Setalah mesin saya hidupkan dan akan beranjak pergi, alangkah terperanjatnya saya ketika melihat anak itu mengulurkan lemabaran Rp. 10.000 pemberian saya tadi kepada pengemis tua yang kebetulan lewat. Saya sangat terkejut dan memanggil anak itu.
“ Kenapa uang itu kamu berikan pada pengemis itu ? “ tanya ku tanpa menjawab pertanyaannya.
“ mbak, saya tidak bisa mengambil uang itu. Emak nanti marah kalau beliau tahu saya mengemis. Kata Emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau beliau tahu saya membawa uang sebanyak itu pulang,sedangkan jualan masih banyak, Emak pasti marah. Kata Emak, mengemis adalah pekerjaan orang yang tak berupaya, saya masih kuat mbak “.katanya begitu lancar.
Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya lalu bertanya berapa  harga semuuua kue dalam keranjang itu.
“ Mbak mau beli semua kah ? “ dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidahnya berkata “ Rp.17.000 saja mbak “. Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp.17.000.  Dia mengucapkan terimakasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia sampai hilang dari pandangan.
Dalam perjalanan baru saya terpikirkan tentang statusnya. Anak yatim opo piyeee ? . Apa ini nyata ?.  Kejadian yang sulit saya nalar. Siapa wanita mulia yang melahirkan dan mendidiknya. Sangat luar biasa……..
Terus terang saya katakana, saya membeli kuenya bukan lagi atas dasar kasihan. Tetapi rasa kagum akan sikapnya yang dapat  menjadikan pekerjaannya sebagai suatu kehormatan. Sesungguhnya mengagumkan sikap anak itu. Dia menyadarkanku, bahwa ternyata saya tidak ada apa-apanya dibanding dia.
Apapun itu……..pekerjaan adalah sebuah kehormatan
#Tidak ada pekerjaan rendah, yang ada hanya sikap rendah ^_^

No comments:

Post a Comment