Tuesday 18 December 2012

masih tentang cinta


Masih tentang cinta…..
Sudah berapa banyak, mungkin ratusan atau ribuan , bahkan jutaan hingga milyaran  kata cinta terlontar dari bibir manusia yang rapuh. Dari mulai Presiden hingga pengamen , kaum agamis bahkan atheis  pun semua berkata cinta, cinta, dan cinta. Akan  tentu berbeda konteks, arti dan makna dari tiap-tiap person tersebut dalam berbincang mengenai cinta. Seolah-olah dunia ini seperti bising karena bunyi dari kata cinta tersebut.
Begitu juga demikian halnya dengan banyaknya karya seni yang “mengekplorasi” cinta, sebut saja film, lagu, buku, lukisan, cerita rakyat, dan lain-lain yang memang sudah terlalu banyak  untuk dituliskan dalam media yang terbatas ini. Seakan cinta menjadi sebuah tema besar kehidupan (termasuk tema besar status facebook hehehehe).
Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, ini menurut Bang H.Rhoma Irama . lain lagi dengan Agnes Monica yang bilang bahwa cinta ini kadang tak ada logika (bingung). Menurut Afghan bahwa cinta ku bukanlah cinta biasa  (emang beda yang biasa sama yang tak biasa apa Ghan ? ). Bahkan D’Masiv berbicara bahwa cinta ini membunuhku (luar biasaaa ….!!!!).
Cinta sudah menjadi industri sekarang ini dan tidak dapat dipungkiri  bahwa cinta menjadi ladang komersil yang sangat menggiurkan bagi para kaum kapitalis. Diciptakanlah moment-moment  yang berkenaan dengan cinta, lalu kemudian dibuat produk –produk cinta tentang cinta tersebut.
Para kaum kapitalistik melakukan hal ini juga “mengatasnamakan” cinta. Akan tetapi cinta terhadap kepentingan dan uang yang akan mereka raih atas “pengindustrianisasian cinta”. Mereka menjual cinta seperti menjual kacang goreng, di kegelapan malam di tengah ramainya pesta.
Apakah makna cinta itu ?. Apakah arti cinta menurut anda ?. Setiap orang pasti punya definisi dan tafsiran yang berbeda mengenai cinta.
Saya jadi teringat  sewaktu masih duduk di bangku kelas 2 SMP, guru Bahasa Indonesia saya pernah mengatakan bahwa cinta itu adalah kepanjangan dari Cerita Ini Nanti Takkan Ada. Aneh memang, tapi ada benar  nya juga beliau berkata seperti itu. Kenapa ……?
Konon pada suatu hari sebuah riset dilakukan oleh seorang ilmuan. Dia meriset mengenai cinta tentang bagaimana perilaku orang yang terkena cinta dan perlakuan orang-orang terhadap cintanya. Kesimpulan dari ilmuan tersebut menyebutkan, bahwa pada masa pacaran (zaman keemasan orang berbicara cinta ), kebanyakan kaum pria yang berbicara dibandingkan kaum perempuan (merayu,dll ). Lain lagi ketika pada masa pernikahan, ketika mempunyai anak satu atau dua, giliran kaum perempuan yang lebih banyak berbicara ketimbang kuam laki-lakinya (menuntut hak sebagai istri dan anak-anaknya).
Pada fase ketiga (fase klimaks), ketika mempunyai anak lebih dari dua dan seterusnya, maka kaum laki-laki dan perempuan sama-sama saling berbicara sekuat tenaganya, dan berusaha untuk saling menyalahkan satu sama lain.
Lalu timbul pertanyaan, siapa yang akan mendengarkan ?. Yang akan mendengarkan adalah para tetangga dan juga anak-anaknya hehehehehe.
Berbicara cinta, saya juga teringat dengan ungkapan salah satu teman saya. Dia bilang bahwa cinta itu seperti (maaf) buang angin. Ketika ingin dikeluarkan malu, tetapi bila tidak dikeluarkan juga akan menimbulkan penyakit !!!.  Dari dua contoh yang saya sebutkan, di dalam benak saya timbul pertanyaan, entah kenapa mereka bisa berkata seperti itu ?.  Mungkin karena pengalaman guyonan belaka, atau memang sepertu itu perspektif dan persepsi kebanyakan manusia tentang cinta. Kenapa manusia sering sakit terhadap cinta?. Karena ditinjau dari istilahnya saja, seseorang yang sedang merasakan hebatnya, dahsyatnya, indahnya, manisnya cinta dikatakan bahwa ia sedang  “jatuh cinta”. Jika seseorang  jatuh dengan sengaja ataupun tidak sengaja, maka dia akan merasakan sakit atau kata yang bermakna sama. Sedangkan alasan yang kedua adalah ketika kita picik dalam memandang cinta. Kebanyakan cara pandang dari manusia picik teradap cinta itu sendiri. Kenapa kita bisa berkata bahwa Romeo itu orang yang ganteng, tampan plus rupawan ?. Begitu juga dengan Juliet, kenapa kita bisa yakin bahwa ia sosok  wanita yang cantik, menarik,  yang dapat membuat Romeo melirik ?.
Begitu pula dengan tokoh-tokoh fiktif mengenai kisah romansa cinta lainnya, seperti Fachri, Maria, dan Aisyah di film Ayat-Ayat Cinta. Atau Isabella Swan dan Edward Cullen di dalam cerita Twilight (heran, setan kok bisa-bisanya ganteng yaah kikikikik !!!!).  Di kisah-kisah lama pun seperti tak mau ketinggalan seperti Rama dan Shinta, Sleeping  Beauty, Snow Whites,  dan lain-lain, semua tokoh utamanya (entah kita yang membayangkan atau narasi ceritanya memang berkata seperti itu) pastilah orang-orang yang mempunyai wajah  yang rupawan dan cantik nan jelita. Malah orang-orang yang menjadi musuhnya bisa dibilang mempunyai wajah yang agak kurang  disbanding tokoh-tokoh utama dalam cerita tersebut. Seakan-akan tidak ada cinta untuk orang-orang  yang tidak tampan atau cantik (walaupun ada yang bilang bahwa rupawan atau tidaknya itu relative, tapi realisasinya yang jelek itu mutlak hukumnya hehehehe, maaf  kalau yang ini mah becanda doang). Kalaupun ada cerita yang tokoh utamanya tidak rupawan, itu hanya sekedar untuk awalan saja.  Toh pada akhirnya tokoh-tokoh itu akan menjelma berubah menjadi sosok pangeran yang cakep, putrid yang cantik, dsb,dsb. Seperti Beauty and the Beast, Princess Frog, atau kalau di Indonesia  nya Lutung Kasarung.
Alasan ketiga menurut saya adalah, bahwa manusia sekali lagi picik / parsial / juz’iah dalam mengartikan cinta. Karena manusia sering menyandingkan cinta dengan istilah yang menurut saya, aneh. Cinta pertama salah satu contohnya. Kebanyakan ketika seseorang ditanya sejak kapan ia mulai merasakan cinta pertama, kebannyakan mereka selalu menjawab ketika berumur belasan tahun. Mungkin sekitar 14-18 tahun. Alangkah  malang sekali hidup orang-orang ini. Apakah semenjak umur mereka 0 hari  sampai dengan usia tersebut, mereka sama sekali belum pernah merasakan cinta ?. Padahal semenjak usia 0 hari mereka itu berada dalam organ manusia, di dalam perut yang bernama RAHIM ( salah satu sifat ALLAH yang berarti penyayang). Apakah benar ia tidak merasakan cinta Tuhannya pada saat itu ?. Atau ketika orang itu terlahir ke dunia, ia pun disambut dengan air mata cinta ibundanya dan ayahandanya !!!. Sekali lagi, apakah orang itu tidak merasakan cinta kepada orang tuanya ketika peristiwa itu terjadi ?.
Cinta monyet. Apakah cinta monyet itu ?. Manusia berpikir bahwa cinta monyet  adalah cinta pada lawan jenis ketika masa kanak-kanak (atau semacamnya lah…). Padahal (lagi-lagi menurut saya), monyet itu adalah binatang (setuju kan !!!!). Apakah kita mau menyamakan ketika diri kita kanal-kanak dengan seekor binatang ?. Cinta binatang justru hanya untuk memuaskan naluri kebinatangannya saja. Jarang saya mendengar bahwa ada pasangan monyet mempunyai komitmen membina sebuah keluarga, punya anak keturunan sampai cucu bahkan cicit dan seterusnya sampai ajal menjemput salah satu dari pasangan monyet tersebut.  Pernahkah anda mendengarnya ?. Cinta monyet (binatang) ini tak mengenal usia. Mereka-mereka yang terlibat dalam cinta ini, bisa jadi orang yag sudah dewasa dan juga remaja. Banyak juga orang  yang menikah secara tak sengaja (by accident) karena cinta monyet (binatang ini).
Dan alasan yang keempat adalah manusia sekali lagi picik / parsial / juz’iah dalam hal mencintai. Manusia makhluk yang tak sempurna akan tetapi juga menjadi terlalu sempurna (berlebihan) untuk mencintai sesuatu yang tidak sempurna.
Dalam Al Qur’an ALLAH telah berfirman yang artinya “ dijadikan indah pandangan manusia, cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang tertumpuk dalam bentuk emas  dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan dunia. Dan di sisi ALLAH lah tempat kembali “ ( QS. 3 :13)
Pandangan manusia menjadi indah ketika melihat hal-hal seperti itu. Dan ini hanya pandangan bahkan terkadang hanya menjadi fatamorgana belaka. Salah seorang teman pernah berkata bahwa cinta adalah sebuah penipuan. Karena di dalam cinta (masih menurut teman saya), terjadi proses kepura-puraan untuk menjadi sosok yang terlihat sempurna di hadapan hal-hal yang ia cintai. Manusia menipu dirinya karena cintanya. Padahal ALLAH lah tempat kembali. Ini menunjukkan bahwa semua yang sudah disebutkan akan hilang  karena ketidaksempurnaannya. Mencintai hal yang tidak sempurna berarti sudah harus siap resiko menerima sakit, kecewa, perih, atau kata lain yang bermakna sejenis. Sangat wajar , karena apa yang dapat kita harapkan dari hal-hal yang tidak sempurna ?.  Toh semua akan kembali ke Yang Maha Sempurna ALLAH SWT.
Sangatlah aneh jika makhluk yang tidak sempurna, mengharapkan kesempurnaan dari hal-hal yang sama seperti manusia, yaitu ketidaksempurnaan. Manusia bukankah hal yang sempurna. Karena secantik-cantiknya  perempuan atau setampan-tampannya pria, tetap saja ketika ia (maaf, sekali lagi maaf) buang angin, bau nya tetap saja tidak enal !!!!.
Wa Allahu A’lam Bi Showab.

No comments:

Post a Comment